My Blog List

Monday, January 13, 2014

Cerita Motivasi bagi hidup Anda (Semangkuk Bakso)

Dikisahkan, biasanya di
hari ulang tahun Putri,
ibu pasti sibuk di dapur
memasak dan
menghidangkan
makanan kesukaannya.
Tepat saat yang
ditunggu, betapa
kecewa hati si Putri,
meja makan kosong,
tidak tampak sedikit
pun bayangan makanan
kesukaannya tersedia
di sana. Putri kesal,
marah, dan jengkel.
"Huh, ibu sudah tidak
sayang lagi padaku.
Sudah tidak ingat hari
ulang tahun anaknya
sendiri, sungguh
keterlaluan,"
gerutunya dalam hati.
"Ini semua pasti gara-
gara adinda sakit
semalam sehingga ibu
lupa pada ulang tahun
dan makanan
kesukaanku. Dasar
anak manja!"
Ditunggu sampai siang,
tampaknya orang
serumah tidak peduli
lagi kepadanya. Tidak
ada yang memberi
selamat, ciuman, atau
mungkin memberi kado
untuknya.
Dengan perasaan
marah dan sedih, Putri
pergi meninggalkan
rumah begitu saja.
Perut kosong dan
pikiran yang dipenuhi
kejengkelan
membuatnya berjalan
sembarangan. Saat
melewati sebuah
gerobak penjual bakso
dan mencium aroma
nikmat, tiba-tiba Putri
sadar, betapa lapar
perutnya! Dia menatap
nanar kepulan asap di
atas semangkuk bakso.
"Mau beli bakso, neng?
Duduk saja di dalam,"
sapa si tukang bakso.
"Mau, bang. Tapi saya
tidak punya uang,"
jawabnya tersipu malu.
"Bagaimana kalau hari
ini abang traktir kamu?
Duduklah, abang siapin
mi bakso yang super
enak."
Putri pun segera duduk
di dalam.
Tiba-tiba, dia tidak
kuasa menahan air
matanya, "Lho, kenapa
menangis, neng?"
tanya si abang.
"Saya jadi ingat ibu
saya, nang.
Sebenarnya... hari ini
ulang tahun saya.
Malah abang, yang
tidak saya kenal, yang
memberi saya makan.
Ibuku sendiri tidak
ingat hari ulang
tahunku apalagi
memberi makanan
kesukaanku. Saya sedih
dan kecewa, bang."
"Neng cantik, abang
yang baru sekali aja
memberi makanan bisa
bikin neng terharu
sampai nangis. Lha,
padahal ibu dan bapak
neng, yang ngasih
makan tiap hari, dari
neng bayi sampai
segede ini, apa neng
pernah terharu begini?
Jangan ngeremehin
orangtua sendiri neng,
ntar nyesel lho."
Putri seketika tersadar,
"Kenapa aku tidak
pernah berpikir seperti
itu?"
Setelah menghabiskan
makanan dan berucap
banyak terima kasih,
Putri bergegas pergi.
Setiba di rumah, ibunya
menyambut dengan
pelukan hangat, wajah
cemas sekaligus lega,
"Putri, dari mana kamu
seharian ini, ibu tidak
tahu harus mencari
kamu ke mana. Putri,
selamat ulang tahun
ya. Ibu telah membuat
semua makanan
kesukaan Putri. Putri
pasti lapar kan? Ayo
nikmati semua itu."
"Ibu, maafkan Putri,
Bu," Putri pun
menangis dan menyesal
di pelukan ibunya. Dan
yang membuat Putri
semakin menyesal,
ternyata di dalam
rumah hadir pula
sahabat-sahabat baik
dan paman serta
bibinya. Ternyata ibu
Putri membuatkan
pesta kejutan untuk
putri kesayangannya.
===================
===================
===============
Saat kita mendapat
pertolongan atau
menerima pemberian
sekecil apapun dari
orang lain, sering kali
kita begitu senang dan
selalu berterima kasih.
Sayangnya, kadang
kasih dan kepedulian
tanpa syarat yang
diberikan oleh
orangtua dan saudara
tidak tampak di mata
kita. Seolah menjadi
kewajiban orangtua
untuk selalu berada di
posisi siap membantu,
kapan pun.
Bahkan, jika hal itu
tidak terpenuhi, segera
kita memvonis, yang
tidak sayanglah, yang
tidak mengerti anak
sendirilah, atau dilanda
perasaan sedih, marah,
dan kecewa yang hanya
merugikan diri sendiri.
Maka untuk itu, kita
butuh untuk belajar
dan belajar
mengendalikan diri,
agar kita mampu hidup
secara harmonis
dengan keluarga,
orangtua, saudara, dan
dengan masyarakat
lainnya.
Sumber :
andriewongso.com

No comments:

Post a Comment